Jumat, 09 Desember 2016
SyakaL indah™: Kalender Hijriyah symbian
SyakaL indah™: Kalender Hijriyah symbian: Kalender hijriyah yang ini jauh lebih lengkap bisa sampai 2000 tahun lebih,tapi yang satu ini hanya untuk hp symbian,bagi yg berhape java ga...
Selasa, 06 Desember 2016
Senin, 05 Desember 2016
48 Contoh Materi Kultum dan Ceramah Agama Singkat Terbaru 2016
48 Contoh Materi Kultum dan Ceramah Agama Singkat Terbaru 2016: Download 48 Materi Kultum dan Contoh Ceramah Agama Islam Singkat Terbaru 2016 M / 1437 H. Daftar ceramah singkat ini, kami bagi ke dalam 2 bagian. Pertama Pembahasan Umum, kedua tentang Ramadhan.
Sabtu, 03 Desember 2016
APLIKASI LABEL UNDANGAN
APLIKASI LABEL UNDANGAN VERSI EXCEL
Berikut ini adalah salah satu aplikasi mencetak label undangan yaitu dengan menggunakan format Excel. Bagi yang membutuhkan silahkan di download , semoga sukses dan bermanfaat. Amin . . . .
Download Link untuk Aplikasi label undangan menggunakan Excel versi 3 (terbaru) :
DI SINI
Sumber :
Nzoel Andi: MENCETAK LABEL UNDANGAN MENGGUNAKAN EXCEL (BAG 3)
Nzoel Andi: MENCETAK LABEL UNDANGAN MENGGUNAKAN EXCEL (BAG 3): Oh yaa ada Postingan Tutorial Baru nih ...RECOMENDED Banget , Cekidoott DI SINI Mencetak label undangan menggunakan Excel (BAG 3) ...
Nzoel Andi: MENCETAK LABEL MENGGUNAKAN EXCEL (BAG 2)
Nzoel Andi: MENCETAK LABEL MENGGUNAKAN EXCEL (BAG 2): Oh yaa ada Postingan Tutorial Baru nih...RECOMENDED Banget , Cekidoott DI SINI Semangat pagiiiiiiiii Menindak lanjuti permintaan teman-t...
Kamis, 01 Desember 2016
Contoh Surat Undangan Aqiqah Tasyakuran Kelahiran Bayi
Contoh Surat Undangan Aqiqah Tasyakuran Kelahiran Bayi: Contoh Surat Undangan Aqiqah berikut, dalam format Ms. Word Document. sudah siap di print pada kertas ukuran folio. Print, lipat, sebarkan.
Materi Pembelajaran Matematika SD
Materi Pembelajaran Matematika SD Kelas IV
tentang Pecahan
A. Mengenal Pecahan dan Urutannya
1.
Menuliskan Letak Pecahan pada Garis Bilangan
2. Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan
Tujuan Pembelajaran
Setelah
mempelajari materi tentang pecahan ini Peserta Didik diharapkan mampu :
1 1. Menjelaskan arti pecahan
2 2. Menentukan letak pecahan 1 / 2 pada garis bilangan
3.
Membandingkan dua pecahan
4.
Mengurutkan pecahan dari
yang terkecil ke pecahan yang terbesar
5.
Mengurutkan pecahan dari
yang terbesar ke pecahan. yang terkecil
A.
Mengenal Pecahan dan Urutannya
Pecahan merupakan
bagian dari keseluruhan. Di kelas sebelumnya,
kamu sudah mengenal pecahan sederhana. Mari kita ingat kembali dengan
melengkapi keterangan dari gambar di bawah ini untuk menyatakan besarnya bagian
daerah yang diarsir dari keseluruhan lingkaran.
1. Bahan Bacaan A.1. Mengenal Pecahan dan Urutannya
2. Latihan A.1
4. Latihan A.2
Demikianlah pembahasan sederhana mengenai pecahan di bagian pertama ini .Semoga bermanfaat .Amin . . . .
Berikut ini adalah tayangan video sebagai tambahan referensi tentang pecahan .Silahkan di klik kemudian disimak !
Untuk menambah pengetahuan dan mengetahui tingkat pemahaman anda tentang materi mengenal dan mengurutkan pecahan , membandingkan dan mengurutkan pecahan silahkan di klik link di bawah ini sebagai bahan bacaan dan latihan untuk menguji tingkat pemahaman anda
2. Latihan A.1
4. Latihan A.2
Demikianlah pembahasan sederhana mengenai pecahan di bagian pertama ini .Semoga bermanfaat .Amin . . . .
Selasa, 29 November 2016
Belajar Dari Sebuah Pensil
Belajar Dari Sebuah Pensil
Sahabat . . . .
Dalam hidup setiap yang kita
lihat ataupun yang kita lakukan ada sebuah hikmah yang dapat kita petik, sama
hal nya pada cerita pendek penuh hikmah yang mungkin bisa menjadi inspirasi
untuk kehidupan kita ke depan yaitu belajar dari sebuah pensil.
Seorang anak
bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi
menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. “Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu. Si nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5
kualitas dari sebuah pensil , yaitu :
Pertama:
Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal
yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan
pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup
ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut
kehendakNya”. Pensil dituntun oleh tangan, Jadikan penuntun Kita adalah Allah Swt
Kedua:
Dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus
berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan
ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai,
si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam
hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah
yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.
Ketiga:
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk
mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata - kata yang salah. Oleh karena
itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu
bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”. Penghapus selalu membenarkan kata kata kita dengan menghapus tulisan yang salah. Kita juga harus mendengar nasehat orang lain apabila kita salah dan segera
introspeksi diri.
Keempat:
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah
bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab
itu, selalulah hati - hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
Dalam hal ini yg ada dalam diri kita adalah hati dan nafsu, akal dan fikiran dan semua yg berasal dari dalam diri kita. Harus selalu kita kendalikan.
Dalam hal ini yg ada dalam diri kita adalah hati dan nafsu, akal dan fikiran dan semua yg berasal dari dalam diri kita. Harus selalu kita kendalikan.
Kelima:
Sebuah pensil
selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati - hati dan sadar terhadap semua tindakan” kita pun demikian , apa yang kita perbuat akan meninggalkan goresan baik atau buruk yang nantinya akan di hisab, maka berhati - hatilah akan setiap goresan yang kita perbuat.
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati - hati dan sadar terhadap semua tindakan” kita pun demikian , apa yang kita perbuat akan meninggalkan goresan baik atau buruk yang nantinya akan di hisab, maka berhati - hatilah akan setiap goresan yang kita perbuat.
Senin, 28 November 2016
Soal UAS Semester 1 Kelas 4 Semua Mata Pelajaran
Soal UAS Semester 1 Kelas 4 Semua Mata Pelajaran: Download soal-soal UAS kelas 4 SD/MI semester 1 semua mata pelajaran.
Kumpulan Soal UAS Semester 1 Kelas 4, 5, dan 6
Kumpulan Soal UAS Semester 1 Kelas 4, 5, dan 6: Download kumpulan soal-soal UAS Kelas 4, 5, dan 6 SD/MI semester 1 semua mata pelajaran.
Kelompok Kerja Guru Ciomas: Download Program Remidial dan pengayaan
Kelompok Kerja Guru Ciomas: Download Program Remidial dan pengayaan: Kegiatan Pembelajaran Remidial dan Pengayaan Salah satu program yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah perbaikan atau yang lebi...
Minggu, 27 November 2016
KKM KELAS IV SD
KKM KELAS IV SD
MATA PELAJARAN : PKn , BAHASA INDONESIA , MATEMATIKA , IPA & IPS
Untuk mengunduh silahkan di klik link di bawah ini
Jumat, 18 November 2016
Kamis, 17 November 2016
Logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
Logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
Logo
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia adalah
simbol yang digunakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan
insatansi di bawah naungannya. Simbol dengan semboyan tut wuri handayani yang
dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara sang
perintis pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada
masa penjajahan Belanda.
Makna
logo
Berikut ini adalah
rincian tentang makna yang terkandung dalam logo yang digunakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia:
·
Bidang segi lima berwarna biru yang tersirat
makna kejujuran, ketenangan, kesetiaan, kehandalan, keharmonisan, kesabaran,
dan kepekaan.
·
Semboyan tut wuri handayani digunakan oleh Ki Hajar
Dewantara dalam melaksanakan sistem pendidikannya. Pencantuman semboyan untuk
penghargaan dan penghormatan bagi Ki Hajar Dewantara yang hari lahirnya
diperingati sebagai Hari
Pendidikan Nasional.
·
Garuda dengan belencong berapi di
dadanya menggambarkan sifat berani, mandiri, dinamis, gagah perkasa, dan penuh
semangat mengarungi angkasa luas. Sepasang sayap dan ekor berjumlah lima
helai merujuk pada Pancasila sebagai asas
negara.
·
Garuda dan buku berwarna putih berarti
kesucian, kebersihan, dan keikhlasan. Warna api yang merah berkobar berarti
keagungan dan keluhuran pengabdian yang penuh keberanian dan rela berkorban
membela kebenaran dan kebaikan.
Penggunaan
Logo ini
digunakan sebagai logo resmi untuk setiap instansi di bawah naungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Logo yang diwajibkan untuk dipakai di
seragam siswa dari pendidikan anak
usia dini hingga sekolah menengah atas, seragam PGRI, dan seragam Pegawai Negeri Sipil di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia.
Demikianlah
sekilas logo ini , mohon kritikan dan sarannya untuk yang lebih baik dan
bermanfaat.
Rabu, 16 November 2016
Lambang Koperasi: Lambang & Gerakan Koperasi
Lambang Koperasi: Lambang & Gerakan Koperasi: Pengertian Sejarah Lambang & Gerakan Koperasi Pengertian / Definisi Koperasi adalah badan usaha ...
Senin, 14 November 2016
TIDAK ADA KEBAIKAN YANG SIA - SIA
TIDAK ADA KEBAIKAN YANG SIA - SIA
Tak ada kebaikan yang sia - sia
dimata Allah SWT ...
Sahabat ....
Teruslah berbuat baik ... walaupun tak banyak orang mengenalmu ... Teruslah menebar senyum yang tulus ... walaupun senyummu tak terbalas .... Dan Jadilah seperti jantung yang tak terlihat tetapi terus berdenyut setiap saat ... hingga membuat tubuh menjadi tetap hidup ....
Sahabat ....
Teruslah berbuat baik ... walaupun tak banyak orang mengenalmu ... Teruslah menebar senyum yang tulus ... walaupun senyummu tak terbalas .... Dan Jadilah seperti jantung yang tak terlihat tetapi terus berdenyut setiap saat ... hingga membuat tubuh menjadi tetap hidup ....
Sahabat ....
Tidak akan ada yang berakhir dengan sia - sia terhadap suatu kebaikan. Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan, hidup ini bukan soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan , tapi berapa banyak yang bisa kita berikan.
Jadikanlah Al-Qur'an dan Sunnah Rasul Nabi Muhammad SAW itu Pedoman Hidupmu .…
Jadikanlah Sholat itu penghubung dengan Tuhanmu .... Jadikanlah Zikir itu Kerinduanmu ....
Dan Jadikanlah Mati itu Pertemuan Pertama Dengan Kekasihmu yaitu Allah SWT ....
Dan Jadikanlah Mati itu Pertemuan Pertama Dengan Kekasihmu yaitu Allah SWT ....
Sabtu, 12 November 2016
SEJARAH WALI SONGO
SEJARAH
WALI SONGO
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai
penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga
wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa
Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya
dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan
Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.
Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat
besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para
Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
I. Arti Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam
bahasa Jawa.
Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana
yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana
berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. Pendapat lain yang mengatakan
bahwa Walisongo adalah sebuah Majelis Dakwah yang pertama kali didirikan oleh
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).
[1] Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim
sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan
Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra’il
(dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana
‘Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat 9 (sembilan) nama
yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat
3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
4. Sunan Drajat atau Raden Qasim
5. Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq
6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
7. Sunan Kalijaga atau Raden Said
8. Sunan Muria atau Raden Umar Said
9. Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah
Para Walisongo adalah intelektual yang
menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam
beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari
kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan,
hingga ke pemerintahan.
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut
juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo .
Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut
catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya
kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari
beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik
Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin
As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik
Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi
Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’
Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin
As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam
Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam
Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin
Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia
Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya
Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.[2]
Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Isteri Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri
bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa
Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah
Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah,
Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin
Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya
Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali
Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji
Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid
Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap
sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara
baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan
masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim
berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang
saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada
tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan,
Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad,
menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri
Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti
Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin
bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil
Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid
Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad
Al-Muhajir
bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam
Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam
Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan
Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya
bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran
agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar
Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga
dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti
Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan
Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning,
berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden
Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2.
Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari
Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian
untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai
penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan
orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan
bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan
sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang.
Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja
mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.
4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari
Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada
masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan
Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa
Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai
ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat
di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat
wafat pada 1522.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan
Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai
Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi
Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah
bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin
Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad
bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin
Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali
Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad
Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam
pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan
Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di
kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi
muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang
Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus,
yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan
wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23
dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan
dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik;
yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan
Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya
yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah
Lombok dan Bima.
7. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta
atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid
Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana
untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang
suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya.
Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti
Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu
Kano Kediri binti Raja Kediri.
8. Sunan
Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan
Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari
isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan
Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri
Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik
ipar dari Sunan Kudus.
9. Sunan Gunung Djati
Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak
ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak
dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat
dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan
Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan
kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal
berdirinya Kesultanan Banten.
II. Walisongo menurut periode waktu
Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para
wali yang paling awal.
Menurut buku Haul Sunan Ampel Ke-555 yang
ditulis oleh KH. Mohammad Dahlan,[1] majelis dakwah yang secara umum dinamakan
Walisongo, sebenarnya terdiri dari beberapa angkatan. Para Walisongo tidak
hidup pada saat yang persis bersamaan, namun satu sama lain mempunyai
keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan, maupun dalam
hubungan guru-murid. Bila ada seorang anggota majelis yang wafat, maka
posisinya digantikan oleh tokoh lainnya:
* Angkatan ke-1 (1404 – 1435 M), terdiri
dari Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419), Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil
Kubro, Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Maulana Malik Isra’il (wafat 1435),
Maulana Muhammad Ali Akbar (wafat 1435), Maulana Hasanuddin, Maulana
‘Aliyuddin, dan Syekh Subakir atau juga disebut Syaikh Muhammad Al-Baqir.
* Angkatan ke-2 (1435 – 1463 M), terdiri
dari Sunan Ampel yang tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim, Maulana
Ishaq (wafat 1463), Maulana Ahmad Jumadil Kubro, Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
Sunan Kudus yang tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il, Sunan Gunung
Jati yang tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin
(wafat 1462), Maulana ‘Aliyuddin (wafat 1462), dan Syekh Subakir (wafat 1463).
* Angkatan ke-3 (1463 – 1466 M), terdiri
dari Sunan Ampel, Sunan Giri yang tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq,
Maulana Ahmad Jumadil Kubro (wafat 1465), Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat
1465), Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang yang tahun 1462
menggantikan Maulana Hasanuddin, Sunan Derajat yang tahun 1462 menggantikan
Maulana ‘Aliyyuddin, dan Sunan Kalijaga yang tahun 1463 menggantikan Syaikh
Subakir.
* Angkatan ke-4 (1466 – 1513 M), terdiri
dari Sunan Ampel (wafat 1481), Sunan Giri (wafat 1505), Raden Fattah yang pada
tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra, Fathullah Khan (Falatehan)
yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Sunan Kudus, Sunan
Gunung Jati, Sunan Bonang, Sunan Derajat, dan Sunan Kalijaga (wafat 1513).
* Angkatan ke-5 (1513 – 1533 M), terdiri
dari Syekh Siti Jenar yang tahun 1481 menggantikan Sunan Ampel (wafat 1517),
Raden Faqih Sunan Ampel II yang ahun 1505 menggantikan kakak iparnya Sunan
Giri, Raden Fattah (wafat 1518), Fathullah Khan (Falatehan), Sunan Kudus (wafat
1550), Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang (wafat 1525), Sunan Derajat (wafat
1533), dan Sunan Muria yang tahun 1513 menggantikan ayahnya Sunan Kalijaga.
* Angkatan ke-6 (1533 – 1546 M), terdiri
dari Syekh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu) yang ahun 1517 menggantikan ayahnya
Syekh Siti Jenar, Raden Zainal Abidin Sunan Demak yang tahun 1540 menggantikan
kakaknya Raden Faqih Sunan Ampel II, Sultan Trenggana yang tahun 1518
menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah, Fathullah Khan (wafat 1573), Sayyid
Amir Hasan yang tahun 1550 menggantikan ayahnya Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati
(wafat 1569), Raden Husamuddin Sunan Lamongan yang tahun 1525 menggantikan
kakaknya Sunan Bonang, Sunan Pakuan yang tahun 1533 menggantikan ayahnya Sunan
Derajat, dan Sunan Muria (wafat 1551).
* Angkatan ke-7 (1546- 1591 M), terdiri
dari Syaikh Abdul Qahhar (wafat 1599), Sunan Prapen yang tahun 1570
menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak, Sunan Prawoto yang tahun 1546
menggantikan ayahnya Sultan Trenggana, Maulana Yusuf cucu Sunan Gunung Jati
yang pada tahun 1573 menggantikan pamannya Fathullah Khan, Sayyid Amir Hasan,
Maulana Hasanuddin yang pada tahun 1569 menggantikan ayahnya Sunan Gunung Jati,
Sunan Mojoagung yang tahun 1570 menggantikan Sunan Lamongan, Sunan Cendana yang
tahun 1570 menggantikan kakeknya Sunan Pakuan, dan Sayyid Shaleh (Panembahan
Pekaos) anak Sayyid Amir Hasan yang tahun 1551 menggantikan kakek dari pihak
ibunya yaitu Sunan Muria.
* Angkatan ke-8 (1592- 1650 M), terdiri
dari Syaikh Abdul Qadir (Sunan Magelang) yang menggantikan Sunan Sedayu (wafat
1599), Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi yang tahun 1650 menggantikan gurunya Sunan
Prapen, Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) yang tahun 1549 menggantikan Sultan
Prawoto, Maulana Yusuf, Sayyid Amir Hasan, Maulana Hasanuddin, Syekh Syamsuddin
Abdullah Al-Sumatrani yang tahun 1650 menggantikan Sunan Mojoagung, Syekh Abdul
Ghafur bin Abbas Al-Manduri yang tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana, dan
Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos).
III. Tokoh pendahulu Walisongo
Syekh Jumadil Qubro
Syekh Jumadil Qubro adalah Maulana Ahmad
Jumadil Kubra bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul
Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’
Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin
Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin
Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi
Muhammad Rasulullah Syekh Jumadil Qubro adalah putra Husain Jamaluddin dari
isterinya yang bernama Puteri Selindung Bulan (Putri Saadong II/ Putri Kelantan
Tua). Tokoh ini sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat
sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa.
Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu
di Semarang, Trowulan, atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum
diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.[3] [4]
IV. Teori keturunan Hadramaut
Walaupun masih ada pendapat yang menyebut
Walisongo adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya,
namun tampaknya tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para
mubaligh daripada merupakan asal-muasal mereka yang sebagian besar adalah kaum
Sayyid atau Syarif. Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir,
dalam bukunya Thariqah Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa Walisongo adalah
keturunan Hadramaut (Yaman):
* L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli
hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout
et les colonies arabes dans l’archipel Indien (1886)[5] mengatakan:
”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama
Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif.
Dengan perantaraan mereka agama Islam
tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini,
walaupun ada juga suku-suku lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif),
tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan
mereka (kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi
Muhammad SAW).”
* van den Berg juga menulis dalam buku
yang sama (hal 192-204):
”Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat
penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit
yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian
mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan
kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan
Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian
besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab
Hadramawt (Hadramaut) membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang
diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya.”
Pernyataan van den Berg spesifik menyebut
abad ke-15, yang merupakan abad spesifik kedatangan atau kelahiran sebagian
besar Walisongo di pulau Jawa. Abad ke-15 ini jauh lebih awal dari abad ke-18
yang merupakan saat kedatangan gelombang berikutnya, yaitu kaum Hadramaut yang
bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab,
Syahab dan banyak marga Hadramaut lainnya.
Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut
sebagian besar bermadzhab Syafi’i, sama seperti mayoritas di Srilangka, pesisir
India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Bandingkan dengan
umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, Pakistan dan India pedalaman
(non-pesisir) yang sebagian besar bermadzhab Hanafi.
* Kesamaan dalam pengamalan madzhab
Syafi’i bercorak tasawuf dan mengutamakan Ahlul Bait; seperti mengadakan
Maulid, membaca Diba & Barzanji, beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah
dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar,
Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Kitab fiqh Syafi’i
Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh Zainuddin Al Malabary dari
Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi.
Hal tersebut mengindikasikan kesamaan
sumber yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah
Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’i dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan
Ahlul Bait.
Di
abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Walisongo seperti Raden Patah
dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar. Gelar tersebut juga
merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di
Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah
Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath ulama
besar Hadramaut abad ke-13. Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh
musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai
putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal
Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.
V. Teori keturunan Cina
Sejarawan Slamet Muljana mengundang
kontroversi dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa (1968), dengan menyatakan
bahwa Walisongo adalah keturunan Tionghoa Indonesia.[6] Pendapat tersebut
mengundang reaksi keras masyarakat yang berpendapat bahwa Walisongo adalah
keturunan Arab-Indonesia. Pemerintah Orde Baru sempat melarang terbitnya buku
tersebut.[rujukan?]
Referensi-referensi yang menyatakan dugaan
bahwa Walisongo berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai saat ini masih
merupakan hal yang kontroversial. Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji
melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, yang merujuk kepada
tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk kepada seseorang
yang bernama Resident Poortman.
Namun, Resident Poortman hingga sekarang
belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai sejarawan,
misalnya bila dibandingkan dengan Snouck Hurgronje dan L.W.C. van den Berg.
Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia
yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah sekalipun menyebut nama Poortman
dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail dan banyak dijadikan referensi.
Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de
Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul Chinese Muslims in Java in the
15th and 16th Centuries adalah yang ditulis oleh Russell Jones. Di sana, ia
meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila orang itu ada dan
bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan mengingat
ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan [7].
VI. Sumber tertulis tentang Walisongo
1. Terdapat beberapa sumber tertulis
masyarakat Jawa tentang Walisongo, antara lain Serat Walisanga karya
Ranggawarsita pada abad ke-19, Kitab Walisongo karya Sunan Dalem (Sunan Giri
II) yang merupakan anak dari Sunan Giri, dan juga diceritakan cukup banyak
dalam Babad Tanah Jawi.
2. Mantan Mufti Johor Sayyid `Alwî b.
Tâhir b. `Abdallâh al-Haddâd (meninggal tahun 1962) juga meninggalkan tulisan
yang berjudul Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta: Al-Maktab
ad-Daimi, 1957). Ia menukil keterangan diantaranya dari Haji `Ali bin
Khairuddin, dalam karyanya Ketrangan kedatangan bungsu (sic!) Arab ke tanah
Jawi sangking Hadramaut.
3. Dalam penulisan sejarah para keturunan
Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah oleh Sayyid Ali bin Abu Bakar Sakran,
‘Umdat al-Talib oleh al-Dawudi, dan Syams al-Zahirah oleh Sayyid Abdul Rahman
Al-Masyhur; juga terdapat pembahasan mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik.
Wallohu ‘Alam
Langganan:
Postingan (Atom)